Kalung Eucalyptus dan Obat Covid-19 Lainnya yang Belum Terbukti Menimbulkan Kekhawatiran di Indonesia

Featured Post Image - Kalung Eucalyptus dan Obat Covid-19 Lainnya yang Belum Terbukti Menimbulkan Kekhawatiran di Indonesia

JAKARTA – Seorang menteri menggembar-gemborkan kalung yang terbuat dari kayu putih, sementara para peneliti, termasuk dari badan intelijen nasional, mengumumkan penemuan kombinasi obat-obatan dan terapi sel induk mutakhir.

Ini adalah salah satu dari serangkaian klaim obat Covid-19 di Indonesia yang telah mengkhawatirkan dokter dan yayasan perlindungan konsumen.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dalam sebuah surat awal bulan ini kepada Sekretaris Negara Pratikno, menyatakan keprihatinan atas rencana untuk memproduksi obat-obatan anti-coronavirus yang belum lulus uji klinis. Sekretaris Negara adalah pembantu utama Presiden Joko Widodo dan terlibat dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari.

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), setara dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, melakukan uji klinis ekstensif untuk memastikan keamanan dan kemanjuran obat baru yang diusulkan.

Bulan lalu, para peneliti di Universitas Airlangga di provinsi Jawa Timur dan Badan Intelijen Negara (BIN) mengumumkan penemuan lima kombinasi obat untuk melawan Covid-19, serta dua jenis terapi sel punca yang dilaporkan menghambat virus corona penyebab Covid-19.

Pengumuman itu dikritik oleh para dokter, yang juga bingung dengan keterlibatan badan intelijen dalam upaya medis.

Menanggapi pengumuman bersama oleh BIN dan universitas, Dr Pandu Riono, yang mengajar di fakultas kedokteran Universitas Indonesia, mengeluarkan pengingat bahwa keselamatan publik harus tetap menjadi yang terpenting bahkan selama situasi darurat seperti pandemi.

Dia juga mengimbau lembaga pemerintah untuk beroperasi dalam lingkup masing-masing dan tidak pernah mengabaikan sains.

Ketua YLKI Tulus Abadi mencatat bahwa banyak klaim obat Covid-19 yang semakin banyak beredar, pada kenyataannya, “tidak berlisensi dan efektivitasnya belum terbukti secara ilmiah”.

“BPOM harus meningkatkan pemantauan dan memperingatkan pihak-pihak yang membuat klaim bahwa mereka tidak didasarkan pada uji klinis yang diperlukan. Bahkan jika klaim itu dibuat oleh seorang menteri,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *